Desa Kedungtulup pada awalnya merupakan komunitas pemukiman penduduk satu keluarga yang terdiri dari dua orang (sering kita sebut kek Niko dan buyut Rawi). Kek Niko dan Buyut Rawi yang telah dikaruniai 7 (tujuh) anak laki-laki dan satu perempuan. Tahun ketahun keluarga ini terus berkembang hingga menjadi satu kelompok keluarga yang cukup besar.
Kek Niko yang berprofesi sebagai petani dan seringkali mencari ikan di linuk sungai dengan panah dari bambu, sedangkan buyut Rawi yang berprofesi sebagai penganyam tikar. Mulai dari itulah wilayah yang masih dikuasai penjajah belanda dan masih didominasi hutan rimba ini diberi sebutan Kedungtulup. Kata “Kedungtulup” diambil dari sebutan “kedung” (lubuk sungai) dan “tulup” diambil dari senjata kek Niko untuk mencari ikan.